top of page

Sehari Bersama Srimulat -Generasi Kedua-

22 September 2013 merupakan malam minggu kami yang menyenangkan, kami dapat pengalaman berharga dari para pemain Aneka Ria Srimulat dan pelajaran yang berarti dari kisah – kisah yang mereka ceritakan pada kami. Kami disambut dengan ramah dan hangat seolah – olah kami telah lama menjadi bagian dari mereka.

Beberapa pertanyaan kami di jawab dengan santai dan tidak jarang pula dengan guyonan khas dari mereka masing – masing, mereka adalah mbah Didik pemain yang paling tua dan senior berumur 75 tahun saat ini, ada mas Eko Kucing,  mas Hunter, mas Eko “Tralala” Londo, mas Sunardi, mas Sokle, mas Supit, mbak Hartiah, mbak Vera, mbak Oky, mbak Dewi, mbak Metty dan para kru lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, namun kami bertemu sosok yang paling mengagumkan kami yakni  Bapak Martopo, sutradara Aneka Ria Srimulat generasi kedua ini. Beliau menceritakan asal mula perjalanan beliau hingga saat ini masih menjalani profesinya sebagai sutradara, penulis naskah dan lain sebagainya. Beliau sangat mengenal almarhum Pak Teguh selaku sutradara dan pendiri Aneka Ria Srimulat, perjalanan yang panjang itu diceritakan detail kepada kami, dan kami mengagumi sosok beliau yang pantang menyerah. Meskipun sekarang OVJ, Stand Up Komedi, Facebookers, merajai lawakan dimana-mana tetap saja pelopornya adalah grup lawak Srimulat. Tidak heran jika masih saja banyak penonton di THR kemarin yang merindukan aksi lawak Srimulat ini, memang lucu dan menghibur. Sayangnya, kami hanya dapat menonton sekali dalam sebulan pada minggu ke-3 atau minggu ke-4, hal ini dikarenakan merosotnya jumlah pengunjung dari tahun ke tahun dan banyak yang tidak tahu bahwa Srimulat Surabaya masih ada di THR, meskipun tidak di siarkan di Televisi.

 

Kami berkesempatan hadir pada judul cerita Cowok Maniak, ceritanya ada seorang pemuda yang sangat menyukai seorang wanita bernama Metty, ia pun rela membunuh banyak pria yang mencoba mendekati Metty, lebih dari 9 pria telah ia habisi akibat nekat mendekati Metty, disisi lain Vera dan suaminya tengah dilanda emosi rumah tangga, akibat dari suaminya ingin menikahi Metty, Vera pun minta diceraikan jikalau sang suami nekat menikahi Metty hal ini membuat Ibunda Vera sedih hatinya. Dikala suami Vera ingin menikahi Metty, ia harus bersaing dengan pemuda lain, seorang pemuda yang berperawakan tegap dan gagah. Pertengkaran pun terjadi, dan pada saat itu beruntunglah kedua teman Metty datang ke rumah Vera dan menceritakan kelakuan dari pemuda pengaggum Metty. Namun kedua pria yang terlanjur menyukai Metty tidak percaya dan meminta bukti, lalu datanglah seorang polisi (intel) yang berpura –pura sebagai pengaggum Metty dan berusaha menikahinya. Lalu pemuda yang disebut-sebut sebagai maniak ini pun marah dan berusaha menghabisi pria yang mendekati Metty, namun sialnya malah ia yang tertangkap dan akhirnya masuk penjara. Cerita yang sederhana namun mengundang tawa ini di sutradarai oleh Pak Topo, panggilan akrab dari Martopo. Casting nya adalah Eko Kucing sebagai Cowok maniak, Metty menjadi primadona, mbah Didik sebagai pengusaha, Vera menjadi Istri dari mbah Didik, Hartiah sebagai Ibunda Vera, Dewi dan Oky sebagai teman Metty, Polisi yang diperankan oleh Hunter, pemuda gagah yang diperankan oleh Eko “Tralala” Londo, dan dua orang batur di perankan oleh Sokle dan Supit.

 

Memang dalam setiap cerita yang disuguhkan, pemeran batur menjadi tokoh utama dalam cerita, dan kelucuan yang mereka berikan selalu mendapat tanggapan tawa dari sejumlah penonton. Kami mendapat pelajaran bahwa, di dunia ini tidak ada manusia yang tidak mungkin tidak lucu, setiap manusia mempunyai daya tarik tersendiri entah dari penampilan fisik, gaya bicara, atau hal – hal lainnya, namun untuk menjadi seorang pelawak dibutuhkan yang namanya pemahaman “Teori dan Naluri”, teori bagaimana cara melawak yang baik dan naluri dimana spontanitas dan pandai membaca situasi dimanfaatkan diatas panggung. Serta kesadaran  dalam dialog, akting dan mimik. Dalam keseharian pun dapat kita temukan bagaimana manusia melawak tanpa harus di atas panggung maupun bukan dari latar belakang seniman ataupun pelawak, namun jika ingin melucu kita harus belajar tentang “Teori dan Naluri” tadi.

 

Hal yang membuat kami kaget adalah, tidak ada latihan sebelum pertunjukan berlangsung, semua serba spontan dan improvisasi dari tiap pemain. 30 menit sebelum pertunjukan dimulai barulah diadakan sesi pemilihan pemain secara dadakan, hal ini mereka sebut dengan yang namanya sesi pencerahan. Beruntungnya kami boleh mendengarkan selama sesi pencerahan berlangsung, selama 30 menit ini pemain harus dapat memikirkan gaya yang akan ia bawakan selama memerankan tokoh yang dipilih oleh sutradara dan berdandan sesuai dengan tokoh yang dimainkan agar ciri khas dari tokoh tersebut mudah dikenali oleh penonton, pada sesi ini pula pemain berdandan secara mandiri, berganti kostum yang mereka bawa dari rumah dan saling  bercanda sebelum pertunjukan sebenarnya dimulai.

Gedung yang dipakai tidaklah buruk rupanya, hanya saja kurangnya perhatian dari pemerintah membuat gedung ini terasa sepi dan tidak terawat, para pemain pun selalu berharap bahwa pemerintah mau untuk memberikan perhatian khusus di THR ini, karena inilah satu – satunya hiburan lawas masyarakat yang masih ada dan merupakan warisan budaya, kami pun berharap bukan hanya dari segi pendanaan saja namun lebih kepada pelestarian kesenian budaya di kampung budaya ini.

doc: dokumentasi pribadi

bottom of page